LEMBARAN PERSETUJUAN Berdasarkan praktek di Rumah Sakit Cut Mutia ruang nifas tanggal 1 s/d 7 Desember 2008, maka selesailah makalah dengan judul HYPEREMESIS GRAVIDARUM yang di setujui oleh : Ci / Pendidik ci / Pendidik (AFYELLA RIZQA AM.Keb) Ci / Pendidik (DIAN HERRISA AM.Keb) Ci / Pembimbing (NURLINA) KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayatnya serta karunianya yang telah diberikan atas kita semua, terutama kepada kami para penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HYPEREMESIS GRAVIDARIUM”, ini kami menyadari masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan yang masih perlu di perbaiki di sana sini, kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Direktur Dahliana AM.Keb 2. Ibu Nurlina sebagai Ci pembimbing praktek yang mengarahkan untuk menyelesaikan makalah ini sesempurna mungkin. 3. Ibu Afyella Rizqa AM.Keb dan Dian Herrisa AM.Keb sebagai pendidik praktek yang mengarahkan saya untuk menyusun makalah ini. Adapun penulis makalah dengan judul “HYPEREMESIS GRAVIDARIUM” yang bertujuan mengembangkan pengetahuan dan wawasan lebih luas. Saya menyadari bahwa saya penulis makalah ini masih banyak mengalami kesalahan. Maka dari itulah saya mengharapkan kritik dan saran dan dorongan yang bersifat membangun demi perbaikan masa yang akan datang. Lhokseumawe, 1 Desember 2008 Penulis Kelompok VIII DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Ethiologi Tanda/Gejala Komplikasi Terapi Pelaksanaan BAB III PENUTUP Kesimpulan Saran Daftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hyperemesis Gravidarum adalah mual muntah saat hamil dapat diatasi dengan berobat yang teratur (Bagus, 1996). Hyperemesis Gravidarum bias saja menyebabkan cadangan karbohidrat bisa berkurang dipakai untuk kepentingan energi sehingga pembakaran lemak berkurang di keluarkan sebagai cairan lambung serta elektroit natrium dan keadaan demikian dapat menimbulkan kekhawatiran bagi ibu hamil dan keluarga (Bagus, 1996). Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan cairan tubuh bisa berkurang sehingga darah menjadi kerital, yang dapat melambatkan carian darah maja dari itu dapat diatasi dengan memberi obat penenang dan anti mual muntah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sebagian besar omosis gravidarum (mual muntah) saat hamil dapat diatasi dengan berobat yang teratur, serta pemberian obat penenang dan anti mual muntah. Tetapi sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi mual muntah yang berkelanjutan, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan menimbulkan kekurangan cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit (Bagus, 1996). Hyperemesis Gravidarum dapat menyebabkan cadangan karbohidrat habis di pakai untuk keperluan energi, sehingga pembakaran lemak berkurang sempurna sehingga terjadilah bahan keton dalam darah dan dapat menambah beratnya gejala klinik melalui muntah. (Randy, 1994). Makanan jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil. Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esophagus, sehingga muntah bercampur darah dan keadaan demikian dapat menimbulkan kekhawatiran pada wanita hamil (Randy, 1994). B. Etiologi Kejadian Hyperemesis Gravidarum belum di ketahui dengan pasti. Tetapi faktor predisposisi dapat di sebabkan sebagai berikut : 1. Faktor Adaptasi dan Hormonal Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi Hyperemesis Gravidarum dapat di masukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia. 2. Faktor Psikologi Hubungan faktor psikologis dengan kejadian Hyperemesis Gravidarum belum jelas. Besar kemungkinan wanita yang menolak hamil takut kehilangan pekerjaan sebab dapat menjadi faktor terjadinya Hyperemesis Gravidarum. 3. Faktor Alergi Pada kehamilan, di mana di duga terjadi jaringan villkotrasi yang masuk kedalam peredaran darah ibu. Maka faktor alergi di anggap dapat menyebabkan terjadinya Hyperemesis Gravidarum. C. Gejala Sekalipun batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas tetapi muntah menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan desidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil memerlukan perawatan yang insentif. Menurut Prawirohardjo (2005), gambaran gejala Hyperemesis Gravidarum secara klinik dapat dibagi menjadi 3 tingkat yaitu : I. Hyperemesis Gravidarum tingkat pertama a. Muntah berlangsung terus menerus b. Makan berkurang c. Kulit dehidrasi d. Lidah kering e. Mata tampak cekung. II. Hyperemesis Gravidarum tingkat dua a. Penderita tampak lemah b. Gejala dehidrasi makin tampak c. Tekanan darah menurun d. Terjadinya gangguan kesadaran e. Berat badan makin menurun III Hyperemesis Gravidarum tingkat tiga a. Muntah berkurang b. Keadaan wanita hamil menurun gangguan kesadaran dalam bentuk samnolen sampai bentuk koma. D. Komplikasi • Sukar menentukan kehamilan • Muntah berlebihan • Tanpa pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim E. Terapi a. Obat-obatan b. Isolasi c. Terapi psikologik d. Cairan parenteral e. Penghentian kehamilan F. Pelaksanaan a. Injeksi : - Cefotaxime (IV) 1 gram / 12 jama - Tramadol (IV) 1 amp / 8 jam - Metoclopramide (IV) 1 amp / 8 jam b. Obat oral : Asam folat 3 x 1 sehari MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TANGGAL MASUK : 3 November 2008 I. PENGUMPULAN DATA A. IDENTITAS Nama Ibu : Ny. R Umur : 28 Tahun Suku/bangsa : Aceh Agama : Islam Pendidikan : SMA Alamat rumah : Geudong Telp : -

ASUHAN KEPERAWATAN GLUKOMA

ASUHAN KEPERAWATAN GLUKOMA A. DEFINISI Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000). Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996) B. ETIOLOGI Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh : - Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary - Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil C. KLASIFIKASI 1. Glaukoma primer - Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. - Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit) Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. 2. Glaukoma sekunder Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab. - Perubahan lensa - Kelainan uvea - Trauma - bedah 3. Glaukoma kongenital - Primer atau infantil - Menyertai kelainan kongenital lainnya 4. Glaukoma absolut Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit. Berdasarkan lamanya : 1. GLAUKOMA AKUT a. Definisi Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi. b. Etiologi Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih. c. Faktor Predisposisi Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler. d. Manifestasi klinik 1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala . 2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut. 3). Tajam penglihatan sangat menurun. 4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat. 5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar. 6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh. 7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea. 8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat. 9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan. 10). Tekanan bola mata sangat tinggi. 11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal. e. Pemeriksaan Penunjang Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. f. Penatalaksanaan Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa. 2. GLAUKOMA KRONIK a. Definisi Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. b. Etiologi Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif. c. Manifestasi klinik Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen. d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur. e. Penatalaksanaan Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit. D. PATHWAY GLAUKOMA E. ASUHAN KEPERAWATAN 1). Pengkajian a) Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b) Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut) c) Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda : Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata. d) Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). e) Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin. 2). Pemeriksaan Diagnostik (1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik. (2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. (3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) (4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma. (5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan. (6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. (7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi. (8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK. (9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM. F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil : - pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri - pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang - ekspresi wajah rileks Intervensi : - kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri - kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik - anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang - atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman. - Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO - Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan - Berikan analgesik sesuai anjuran b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal Kriteria Hasil: - Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan - Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut. Intervensi : - Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan - Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan - Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis - Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. - Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. Tujuan : Cemas hilang atau berkurang Kriteria Hasil: - Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi. - Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah - Pasien menggunakan sumber secara efektif Intervensi : - Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini. - Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan. - Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. - Identifikasi sumber/orang yang menolong. d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya. Kriteria Hasil: - pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan. - Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit - Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi : - Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, - Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. - Izinkan pasien mengulang tindakan. - Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal. - Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll. - Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup - Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit. - Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat. - Tekankan pemeriksaan rutin. - Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma. DAFTAR PUSTAKA 1. Junadi P. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, FK-UI, 1982 2. Sidarta Ilyas, Ilmu Penyakit Mata, FKUI, 2000. 3. Long C Barbara. Medical surgical Nursing. 1992 4. Doungoes, marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed 3, EGC, Jakarta, 2000 5. Susan Martin Tucker, Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosisi dan Evaluasi. Ed 5 Vol3 EGC. Jakarta 1998

SENAT MAHASISWA AKKES PEMKAB 2008-2009

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : / / TENTANG PENUNJUKAN PENGURUS SENAT MAHASISWA AKADEMI KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA PERIODE 2008-2009 DIREKTUR AKADEMI KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA Menimbang : a. Bahwa Untuk Menunjang Keberhasilan Pelaksanaan Program Belajar Mengajar Pada Akkes Pemkab Aceh Utara Dan Pembinaan Sosialisasi Kampus Diperlukan Adanya Suatu Organisasi Mahasiswa Intra Kampus. b. Bahwa Untuk Menjalankan Roda Organisasi Kemahasiswaan Tersebut Perlu Ditunjuk Suatu Penitia Kepengurusan Tersebut. c. Bahwa Untuk Maksud Tersebut Perlu Ditetapkan Dalam Suatu Surat Keputusan. Mengingat : 1. Surat Keputusan Bupati Kabupaten Aceh Utara Nomor 342 Tanggal 02 Desember 2003 Tentang Penggabungan Intitusi Pendidikan Tinggi Kesehatan Dilingkungan Pemkab Aceh Utara. 2. Peraturan Pendidikan Pada Jenjang Pendidikan Tinggi Kesehatan. 3. Peraturan Pendidikan Pada AKKES Pemkab Aceh Utara. MEMUTUSKAN Menetapkan Pertama : Menunjukkan Anggota Pengurus SEMA Akkes Pemkab Aceh Utara Periode 2008-2009 Seperti Nama Tercantum Dalam Daftar Lampiran Surat Keputusan Ini. Kedua : Bahwa Dengan Adanya Surat Keputusan Ini Maka Pengurus SEMA Akkes Pemkab Aceh Utara Dapat Menjalankan Tugas Sebaik-Baiknya. Ketiga : Surat Keputusan ini Mulai Berlaku Pada Tanggal Ditetapkan,Dan Apabila Kemudian Hari Ternyata Terdapat Kekeliruan Dalam Penetapan Ini Akan Diadakan Perubahan Dan Perbaikan Kembali Sebagaimana Mestinya. DITETAPKAN DI : LHOKSEUMAWE PADA TANGGAL 19 JANUARI 2009 DIREKTUR AKKES PEMKAB ACEH UTARA M.NURDIN,SKM,MM Nip. 140 080 449 Daftar : Lampiran Surat Keputusan Direktur Akkes Pemkab Aceh Utara Nomor : / / Tanggal : 19 Januari 2009 NAMA-NAMA PENGURUS SENAT MAHASISWA (SEMA) AKADEMI KESEHATAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA PERIODE 2008-2009 I. Penasehat / Pelidung : Direktur AKKES PEMKAB ACEH UTARA II. Pembina : pudir Bidang Kemahasiswaan AKKES PEMKAB ACEH UTARA III. Pembimbing : Seluruh Dosen AKKES PEMKAB ACEH UTARA IV. Pengurus 1. Ketua : SAMIN 2. wakil Ketua : INDAH KARTIKA DEWI 3. Sekretaris : RUSLI. M 4. Wakil sekretaris : ISRA FAJRIE HUSEIN 5. Bendahara : HALIMAH 6. Wakil Bendahara : MULIADI. I V. Seksi-seksi 1. Seksi Pendidikan & Ilmiah Ketua : Agung yudisti pratama Wakil Ketua : Khairat Anggota 1. Evi Kusmiati yusma 2. Eliana Muspita 3. M.Arif Fadilah 4. Hayatul Wardhani 5. Afrina 6. Novianti 7. Nova Susanti 8. Wilda 2. Seksi keimanan & ketaqwaan Ketua : Fauzar Wakil Ketua : Iklima Anggota 1. Edi Suheri 2. Safrida 3. Diana Aritansa 4. Miftahuddin 5. Ridas wati 6. Eva Yanti 7. Nurmala 8. Iqbar 3. Seksi Publikasi & Dokumetasi Ketua : Fitria Wakil Ketua : Zulfan Hamdika Anggota 1. Ervan Fera 2. Siti Khalidah 3. Anggra Yogi setiawan 4. Cut Arisna Dewi 5. Rahmatillah 6. Lepi Sirnawati 7. Muzakir Walad 8. Ahmad lutfi 4. Seksi Olah Raga & Kesehatan Ketua : Asnawi Wakil Ketua : Cut Dika Mardiana Anggota 1. Irwansyah 2. Rahmad Basuki 3. Aan Saifatanur 4. Muhammad Ridha 5. Dewi Maya Sari 6. Zahara Fitri 7. Mursyidah 8. Rajudin 5. Seksi Apreasi Seni & Budaya Ketua : M.Arief Ramadhan Wakil Ketua : Laiya Safana Anggota 1. Ikram Nur Khairi 2. Angga 3. Aulia 4. Kasriana Ilhami 5. Desfira Oktafiani 6. Nurul Aini 7. Alfina Dewi 8. Fitriani 6. Seksi Rekreasi & Penata Lingkungan Ketua : Mulia Sari.S Wakil Ketua : Ridwan Anggota 1. Rahmad Hidayat 2. Mustari Amani 3. Safmikar Hasda 4. Anita Zahara 5. Melisa 6. Nina Maya Sari 7. Muhammad Rasyidin 8. Muliza 7. Seksi Sosial & Humas Ketua : Muhammad Nabawi.R Wakil Ketua : Tya Karyati Anggota 1. Pramadana 2. T.Atailah 3. Sharahatul aula 4. Nurul Munira 5. Desi Handayani 6. Mulyani.s 7. Muhibbuddin 8. Cut Yusra Wati 8. Seksi Keamanan Ketua : Faisal Rizal Wakil Ketua : Arma Yani Anggota 1. Ridwan.MT 2. Kana Saputra 3. Masykur 4. Mawardi 5. Wahibbudin 6. Anggriani 7. Wulan Dari 8. Murhaban DITETAPKAN DI : LHOKSEUMAWE PADA TANGGAL 19 JANUARI 2009 DIREKTUR AKKES PEMKAB ACEH UTARA M.NURDIN,SKM,MM Nip. 140 080 449 PROGARAM ACARA PELANTIKAN PENGURUS SENAT MAHASISWA ( SEMA ) AKADEMI KESEHATAN PEMKAB ACEH UTARA • PEMBUKAAN/MC . ANGGA/AULIA. • PEMBACAAN AYAT SUCI AL-QUR’AN. IQBAL. • PEMBACAAN SK DAN PELANTIKAN PENGURUS SENAT MAHASISWA OLEH BIDANG KEMAHASISWAAN AKKES PEMKAB ACEH UTARA BAPAK SUBKI,AMK,S.Pd.. • KATA-KATA SAMBUTAN OLEH KETUA SENAT MAHASISWA YANG LAMA NOVAL MAULIDIN. • KATA-KATA SAMBUTAN OLEH KETUA SENAT YANG TERPILIH 2008-2009 SAMIN. • ARAHAN DAN BIMBINGAN SERTA PELANTIKAN PENGURUS SENAT MAHASISWA AKADEMI KESEHATAN PEMKAB ACEH UTARA PERIODE 2008-2009 OLEH BAPAK DIREKTUR AKKES PEMKAB ACEH UTARA. • PEMBACAAN DO’A USTAD DIAUDDIN ISMAIL.S.Ag.

KTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Anemia merupakan salah satu penyakit darah yang cukup banyak ditemui di Indonesia, lebih sering terjadi pada wanita. Anemia adalah suatu keadaan yan ditandai dengan menurunnya kadar zat warna merah dalam sel darah merah atau eritrosit yang disebut juga hemoglobin. Umumnya batas minimal untuk kadar hemoglobin pada orang dewas adalah 12 g/ dl untuk wanita serta 14 g/ dl untuk laki-laki. Kadar hemoglobin sangat di pengaruhi oleh berbsgsi factor, antara lain usia, jenis kelamin, etnik, sosioekonomi, dan letak giografi ( http://www.google.com/latar belakang Anemia ). Selama ini upaya penanggulangan anemia masih difokuskan pada sasaran ibu hamil, sedangkan kelompok lainnya seperti bayi, anak belita, anak sekolah dan baru berpengasilan rendah belum di tangani. Padahal nampak negative yang di tunbuhkan anemia pada anak belita sangat serius, karena meraka dalam tubuh kembang yang cepat, yang natinya akan berpengaruh terhadap perkembangan kecederasannya. Mengingat mereka adalah penentu dari tinggi rendahnya kualitas pemuda dan bagsa kelak. ( http://www.google.com/ ). Menurut data statistic yang penulis peroleh dari Badan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe dari bulan Agustus 2005 sampai bulan Agustus 2006 terdapat 1804 orang yang dirawat inap diantaranya 85 orang ( 4,71% ) yang menganlami Animia. Melihat masalah di atas maka dalam rangka menanggulangi angka kesakitan Anemia yang cukup tinggi maka penulis tertarik dan terdorong untuk mengambil kasus anemia dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Anemia Defesiensi Besi Diruang Perawatan Penyakit Dalam Wanita Badan Rumah Sakit Umum Cut Meutia Lhokseumawe. 1.2 Tujuan penulisan Adapun tujuan penulisan karya tulis dapat dibagi atas dua yaitu. 1. Tujuan umum Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dalam pelaksanaan Asuhan keperawatan pada klien anemia defesiensi besi melalui pendekatan proses keperawatan yang konprehensif di ruang perawatan penyakit dalam wanita Badan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe. 2. Tujuan khusus a. Dapat melakukan pengkajian pada klien yang mengalami anemia difesiensi besi. b. Dapat mengindentifikasi masalah dan merumuskan diagnosa keperawatan klien anemia difesiensi besi. c. Dapat merumuskan perencanaan keperawatan pada klien anemia defesiensi besi. d. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada klien anemia difesiensi besi. e. Dapat mengevaluasi keperawatan sesuai dengan yang diharapkan pada klien anemia defesiensi besi. 1.3 Metode penulisan Penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang menggambarkan secara nyata dan objektif suatu kasus dengan menggunakan teknik pengumpulan data dan menganalisa masalah serta mengevaluasi. Metode penulisan ini dilakukan melalui : 1. Library Research yaitu mendapatkan tiori melalui pemahaman literature yang ada hubungannya dengan judul dan masalah yang dibahas. 2. Field Research yaitu melakukan penelitian secara langsung turun kelapangan dengan mengamati klien baik keadaan yang menyertai penyakitnya maupun perkembangan hasil pengobatan serta masalah yang timbul. Data tersebut di peroleh secara objektif dan subjektif dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara ( anamnese ) yaitu mengandakan wawancara baik auto anamnese maupun allo alloanamnese dan wawancara dengan dokter dan perawat diruangan serta tim kesehatan lain. b. Pengamatan ( observasi ) yaitu mengamati terhadap semua aspek pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anemia selama dirawat juga melalui catatan yang ada dalam status klien, mencakupi perubahan-perubahan yang terjadi pada klien selama perawatan dan pengobatan. c. Pemeriksaan Fisik yaitu dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. d. Dokumentasi yang melakukan pendokumentasian atau pencatatan dari hasil wawancara, pengamatan dan pemeriksaan fisik dan status klien. 1.4 Sistematika penulisan Untuk lebih terarah penulisan dan pembahasan karyat tulis ini maka sistematika penulisan terdiri dari 5 bab yaitu. BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sisitematika penulisan. BAB II : Konsep dasar meliputi pengertian patofisiologis, etiologi, patologi dan patogenesa dan asuhan keperawatan pada klien anemia defesiensi besi. BAB III : Tinjauan kasuh yang terdiri dari: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, peleksanaan dan evaluasi asuhan keperawatan pada klien anemia defesiensi besi. BAB IV : Pembahasan, membahas tentang kesejangan yang dijumpai antara teori dan kenyataan yang ada pada saat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien anemia defesiensi besi. BAB V : Penutup, merumuskan kesimpulan dan dasar BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Dasar 2.1.1 Pengertian Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb/ hitungan eritrosit lebih rendah dari harga normal, dikatakan sebagai anemia bila Hb <14 gram%dl dan Ht< %pada peria atau Hb<12 gram % dan Ht<37 % pada wanita ( Mansjoer. 2001 hal 547 ). Anemia difesiensi besi adalah suatu kondisi dimana kandungan besi tubuh total tidak adekuat untuk perkembangan sel darah merah ( SDM ) Optimal. Sdm yang cacat jumlanya lebih sedikt dan mempunyai kandungan hemoglobin rendah. Ini menurunkan kemapuan darah untuk memberikan oksigen yang cukup kejaringan (M.Nettina,2001 Hal 12). .1.2 Klasifikasi Animea 1 Anemia Defisiensi Besi Kebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya kira-kira 2 mg yang diserap, jumlah total FE dalam tubuh berkisar 2-4 gr, kira-kira 50 mg/kg berat badan, pada peria 35 mg/ kg barat badan pada wanita. 2. Anemia Karena Penyakit Kronik Merupakan anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi. Anemia ini dikenal dengan nama sideropenik Anemia 3. Anemia pernisiosa Terjadi karena penurunan vitamin B 12. 4. Anemia Defisiensi Asam Folat Anemia ini berhubungan dengan Sirosis Hepatis, kerena terdapat penurunan cadangan asam folat. 5. Anemia karena pendarahan Anemia karena pendarahan terus-menerus, anemia ini terjadi hanya bila sum-sum tulang tidak mampu mengantasinya karena usia sel darah merah sangat pendak. 6. Anemia Hemolitik Autoimune Anemia Hemolitik Autoimune (Hemolitik Autoimune Anemia, AIHA Merupakan kelainan darah yang didapat, dimana auto anti bodi IGD yang dibutuhkan terikat pada membran sel darah merah (SDM). 7. Anemia Aplaksi Merupakn keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoetik dal darah tepi seperti Eritrosit, Leukosit dan Trombosit, akibat terhentinya pembentukan sel hematopoetik dalam sum-sum tulang. 2.1.3 Patofisiologi Anemia Difesiensi Besi secara marfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokron disertai penurunan kuantitaf pada sistensi hemoglobin. Difesiensi besi merupakan penyebab utama anemia khususnya terdapat pada wanita usia subur, skunder karena kehilangan darah sewaktu mentruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama hamil. Penyebab lain difesiensi besi adalah (1) asupan besi yang tidak cukup misanya pada bayi yang hanya diberi makan susu beleka sampai usia antara 12-24 bulan dan individu tertentu yang hanya memakan sayur-sayuran saja, (2) Gangguan asopsi setelah gastrektomi, (3) Kehilangan darah yang menetap seperti pada pendarahan saluran cerna yang lembat karena polip, neoplasma, gastritis, varises esophagus, makan aspirin dan hemoroid. 2.1.4 Etiologi Anemia Defisiensi Besi ini umunya disebabkan oleh pendarahan kronik, di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (Ankilostomiasis) penyebab lain adalah (1) Diet yang tidak mencukupi, (2) Absorpsi yang menurun, (3) Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, (4) Pendarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah, (5) Hemoglobinnuria, (6) Penyimpanan zat besi yang berkurang seperti pada hemosiderosis paru. 2.2 Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyelurus, pada tahap ini semua data / informasi klien yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan (kumpulan materi, Depkes RI, tahun 1991). (Hasil pengkajian menurut Doengoes E, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, 1599 halaman 571). a. Aktifitas / Istirahat Gejala : keletihan, kelemahan, malaise, kehilangan produktifitas, penurunan semangat untuk remaja, toleransi terhadap latihan rendah, kebutuhan untuk tidur dan istrirahat lebih banyak, Tanda : takikardia / takipnea; dispnea pada pekerja atau istrirahat. Latargi menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjala lambat, dan tanda-tanda lain menujukan keletihan. b. Sirkulasi Gajala : Riwayat kekurangan darah kronis, pendarahan GI kronis, menstruasi berat, angina akibat kerja jantung berlebihan. Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi), Tanda :Td. Penigkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postural Dstrimia : Abnormalitas EKG, mis, depersi segmen ST dan pendataran atau dipresi gelombang T: takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik. Eksremitas (warna) : pucat padakulit dan merman mukosa dan dasar kuku, kulit seperti berlilin, pucat. Sclera : Biru atau putih seprti mutiara. Pengisian kapiler melambat. Kuku : mudah patah seperti sendok, Rambut : Kering, mudah putus, menipis; tumbuh ubah secera premature. c. Integritas Ego Gejala : keyakinan agama atau budaya, mempengaruhi pilihan pengobatan misalnya: penolakan transfuse darah, tanda : Depresi. d. Eliminasi Gejala : Riwayat pielonefretis, gagal ginjal, sindrom malabsorbi, diare atau konstipasi penurunan / pengeluaran urine, Tanda : Distensi Abdomen. e. Makanan / Cairan Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet hewani rendah, nyeri mulut atau lidah, mual dan muntah, penurunan berat badan. Tanda : Lidah tampak merah daging/halus, membrane mukosa kering, pucat. Turgo kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas. Stomatitis dan glositis. Bibir; selitis mis, inflamasi bibir dengan sudat mulut pecah. f. Higiene Tanda : Kurang bertenaga, penampilan tidak rapi. g. Neurosensori Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk kaki goyah parestesia tangan/kaki klaudikusi sensasi menjadi dingin, Tanda : peka rangsangan, gelisah, dipresi, cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina. Epistaksis, perdarahan dari lubang-lubang. Gangguan koordinasi, ataksia : penurunan jasa getar dan posisi, tanda Romberg positif, paralisasi. h. Nyeri atau kenyamanan Gejala : Nyeri abdomen, sakit kepala. i. Pernafasan : Gejala : Riwayat TB, abses paru. Nafas pendek pada istirahat dan aktifitas, Tanda : takipnea, ortonea, dan dispnea j. Keamanan Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimiamis, benzene, insetisida. Riwayat terpajang pada radiasi baik sebagai pengobatan atau kecelakaan Riwayat toleran terhadap dingin dan/ atau panas. Transfuse darah sebelumnya, gangguan pengobatan. Penyebuhan luka buruk, sering infeksi, Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam. Linfadenopati umum. Petikie dan ekimosis (apastik) k. Seksualitas Gejala : Perubahan aliran menstruasi misalnya : menoragia atau amenore hilang libido (pria dan wanita). Tanda : services dan dinding vaginah pucat. l. Prioritas Diagnostik Jumlah darah lengkap, haemogobin dan hematokrit menurun, (2) Jumlah eritrosit menurun, pewarnaan sel darah merah menurun, (3) Jumlah trombosit menurun, billirubin serum meningkat. m. Prioritas Keperawatan Meningkatkan perfusi jaringan, (2) Memberikan kebutuhan nutrisi/ cairan (3) Mencegah komplikasi, (4) Memberikan informasi tentang proses penyakit, prognosis, dan program pengobatan. n. Tujuan pemulangan Kebutuhan aktifitas sehari-hari terpenuhi mandiri atau dengan bantuan orang lain, (2) Komplikasi tercegah/minimal, (3) Proses penyakit/prognosisi dan program terapi dipahami. 2.2.1 Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang didapat pada klien anemia dikutip dari (Doenges E Marylin, edisi III hal 573) (1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrien ke sel Ditandai dengan palpitasi, angina, kulit pucat membrane mukosa kering kuku dan rambut rapuh, ekremitas dingin, mual/muntah distensi abdomen, perubahan TD, pengisian kapiler lambat, disorientasi, (2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara lain suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan Dtandai dengan : kelemahan dan kelelahan. Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/ latihan. Lebih banyak memerlukan istirahat/tidur. Plapitasi, takkardia, penigkatan TD/reespon pernafasan dengan kerja ringan, (3) Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absobsi nutrient yang diperlikan untuk pembentukan SDM normal Ditandai dengan : penurunanya berat badan/berat badan dibawah normal untuk usia, tinggi dan bangun badan. Penurunan lipatan paha kulit trisep perubahan gusi, membrane mukosa mulut, penurunan toleransi untuk aktifitas, kelemahan dan kehilangan tenus otot, (4) Potensial terjadinya integritas kulit berhubungan dengan perubahan kulit normal., (5) Potensial terjadinya kontipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet Ditandai dengan : perubahan pada frekuensi, karasteristik dan jumlah feses. Mual/ muntah, penurunan nafsu makan, laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram, gangguan banyi usus, (6) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder tidak adekuat, Ditandai dengan : tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala menbuat diagnosa actual, (7) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan/ mengingat, Ditandai dengan : pertanyaan, meminta informasi. Pertanyaan salah konsepsi, tidak akurat mengikuti intruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. 2.2.2 Perencanaan Rencana keperawatan yang dapt dirumuskan pada klien dengan anemia : a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrient ke sel. Ditandai dengan : palpitasi, angina, kulit pucat membrane mukosa kering kuku dan rambut rapuh, ekremitas dingin, mul / muntah distensi abdomen, perubahan TD, pengisian kapiler lambat, diorientasi. Tujuan : Tidak terjadinya perubahan perpusi jaringan Kriteria hasil : Menujukkan perpusi adekuat Intervensi : (1) Awasi tanda vital pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku, tinggikan tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/ keadekuat perfusi jaringan dan membatun menentukan kebutuhan intervensi, meningkatkan ekspansis paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler, (2) Awasi upaya pernafasan: asukutasi, bunyi nafas perhatikan bunyi adventisius Rasional : dispnea, geremicik menujukkan GJK karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung (3), Kaji untuk respon verbal malambat, mudah terangsang, agetasi, gangguan memori, bingung, Rasional : dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksia atau difisiensi vitamin B 12. (4) Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi Rasional : vasokonstriksi (ke organ vital) menurunnya sirkulasi perifer, kenyamanan pasien/kebutahan rasa hangat harus seimbang dengan kebutuhan untuk menghindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi, b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (penggiri lnlmn man) dan kebutuhan. Ditandai dengan : kelemahan dan kelelahan. Mengeluh penurunan toleransi aktivitas/latihan. Lebih banyak memerlukan istrahat/tidur. Palpitasi, takikardia, peningkatan TD/repon pernafasan dengan kerja ringan. Tujuan : Pengrdaan oksigen terpenuhi Kriteria hasil : Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas Intervensi : (1) Kaji kemapuan pasien untuk melakukan tugas normal catat loporan kelelahan, peletihan, dan kesulitan menyelesaikan tugas Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan, (2) Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan otot Rasional : menujukkan perubahan neurologist karena defisiensi vitamin B 12 mempengaruhi keamanan pasien/resiko cedera, (3) Awasi TD nadi, penafasan, selama dan sesudah aktivitas. Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat kejaringan, (4) Berikan lingkungan tenang. Pertahankan tira baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi pengunjung, telepon dan gangguan berulang tidakan yang tidak direncanakan Rasional : meningkatkan istirahatuntuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. c. Perubahan pola nutrisi berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absobsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal. Ditandai dengan : Penurunan berat badan/berat badan dibawah normal untuk usia, tinggi dan bangun badan, pennurunan lipatan paha kulit trisep perubahan gusi, membrane mukosa mulut, penurunan tolernsi untuk aktivitas, kelemahan dan kehilangan tenus otot. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi. Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal. Intervensi: (1) Kaji riwayat nuttrisi, makanan yang disukai. Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi. Mengawasi masukan kalori atau kwualitas kekurangan konsumsi makanan, (2) Timbang berat badan tiap hari Rasional : Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi, (3) Berikan makan sedikit dan frekuensi sering atau makan diantara waktu makan Rasional : maka sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster(4) Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus, dan gejala lain yang berhubungan Rasional : Gejala G1 dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ, (5) Berikan dan Bantu Higieni mulut yang baik sebelum dan sesudah makan Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukan d. Potensial terjadinya integritas kulit berhubungan dengan perubahan kulit normal. Tujuan : Gangguan integritas kulit tIdak terjadi. Kriteria Hasil : Mempertahankan integritas kulit Intervensi: (1) Kaji integritas kulit, cacat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi nutrisi, dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusaK, (20 Ubah posisi klien secara periodik dan pijat permukaan tulang bila klien tidak bergerak atau ditempat tidur, Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi kesemua area kulit membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksial seluler, (3) Ajarkan permukaan kulit kering dan bersih, batasi penggunaan sabun Rasional : Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik, sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi, (4) Bantu untuk latihan rentang gerak pasif atau aktif Rasional : Meningkatkan sirkulasi jaringan e. Potensial terjadinya kontipasi atau diare berhubungan denga penurunan hnng masukan diet. Ditandai Dengan : Perubahan pada frekuensi, karakteristtik dan jumlah feses. Mual/muntah, penurunan nafsu makan, laporan nyeri abdomen tiba-tiba, kram, gangguan bunyi usus Tujuan : konstipsi tidak terjadi Kriteria Hasil : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus Intervensi: (1)Observsi warna feses, konsistensi,frekuensi dan jumlah Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /faktor pemberat dan intervensi yang tepat, (2) Awasi masukan dan haluaran dengan perhatian khusus pada makanan dan cairan Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilanga berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet , (3) Dorong masukan cairan 2500-3000 ml perhari dalam toleransi jantung Rasional : membantu dalam memperbaika konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu mempertahankan status hindari pada diare, (4) hindari makanan yang membentuk gas Rasional : menurunnya distress gastric dan distensis abdomen. f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan skunder tidak adekuat. Ditandai dengan : Tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa actual. Tujuan : Infeksi tidak terjadi selama dalam perawatan Kriteria hasi : Mengidentifikasi prilaku untuk mencegah/ menurunkan resiko infeksi Intevensi : (1)Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan dan pasien Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial, (2) Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosudure perawatan Rasional : menurunkanresiko kolonisasi/infeksi, (3) Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat Rasional : menurunkan resiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi, (4) dorong perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan nafas dalam rasional menigkatkan fentilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia, (5) tingkatkan masukan cairan adekuat Rasional : membantu dalam pengeceran stasis cairan tubuh. g. Kurangnya pengatuan berhubungan dengankurangnya terpajan\mengingat. Ditandai dengan : Pertanyaan, meminta informasi. Pertanyaan salah konsepsi, tidak akurat mengikuti intruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan:dapat memahami proses penyakitnya. Intervensi: (1) berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyatan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia Rasional :memberikakan nasehat pengetahuan sehinga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat persiapan meningkatkan kerja sema dalam program terapi, (2) Tijau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaandiangnotik Rasional : ansietas/takut tentang ketidak tahuan meningkatkan tingkat stress, yang selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan tentang apa yang perkirakan menurunkan ansietas, (3) Jelaskan darah diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk anemia Rasional : ini sering merupakan kekuatiran yang tidak diungkakpkan yang dapat memperkuat ansietas pasien, (4) Tinjau perubahan diet yang diperlukan umtuk memenuhi kebutuhan diet khusus rasional daging merah, hati, kuning telur, sayuran berdaun hijau, biji bersekam dan bauah yang dikeringkan adalah sumber besi sayuran hijau, hati, dan buah asam adalah sumber asan folat dan vitamin C. 2.2.3 Pelaksanaan Intervensi adalah perencanaan keperaawatan oleh perawat dank lien beberapa petujuk pada pelaksanaan antara lain : pertama melaksanakan dan menerapkan tindakan-tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dan tindakan keperawatan yang telah dilaksanankan dicatat dalam format, kedua mengisi format atau asuhan keperawatan ( yasmin Asih 1994 hal 10 ) 2.2.4 Evaluasi Evaluasi merupakan kegiatan terakhir dari proses keperawatan untuk pengukuran keberhasilan rencan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien, pengukuran kebershasilan dari rencana keperawatan pada klien anemia didasarkan pada reaksi fisiologis klien seprti hilanya rasa mual, muntah dan anoreksia. Dengan evaluasi akan dapat di nilai apakah masalah yang dihadapi klien dapat terpecahkan, apakah hanya sebahagian terpecahkan, apakah sama sekali masalah tidak terpecahkan atau timbul masalah baru ( yasmin Asih 1994 hal 11 ) BAB III TINJAUAN KASUS Kasusyang penulis ini adalah asuhan keperawatan klen anemia difisiensi besi yang dirawat diruang perawatan penyakit dalam wanita badan rumah sakit umu daerah cut mutia lhoksemawe. Tinjaun kasus ini menggambarkan asuhan keperawatan yang penulis laksanakan dari tanggal 16 Agustus 2007 s/d 19 Agustus 2007 dengan pendekatan proses keperawatan yang komprehensif. 3.1 Pengkajian keperawatan 1. Biodata Identitas Ny. M tempat/ tanggal lahir Suka sejahtera 53 tahu suku Aceh, alamat Desa Tgk. Dibanda paya bakong , pekerjaan ibu Rumah tangga, keluarga yang bertanggung jawab Ny. F yang merupakan anak klien, umur 27 tahun, jenis kelamin perempuan, bahasa utama bahasa Aceh, sumber data yang diperoleh dari klien dan keluarga jam pencatatan 11 35 WIB. 2. Data riwayat masuk Klien masuk ke Badan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe pada tanggal 16 Agustus 2006 jam 13.30 WIB. Dengan kenderaan umum, tiba diruangan dengan brangkar, berat badan 47 kg, tinggi badan !50 cm, tekanan darah 100/70 mmHg, plos 80x/menit, respirasi 24x/menit, temperature 36,5 C. Keluhan masuk rumah sakit klien mengatakan lemas susah tudur, nafsu makan berkurang, pusing, pandangan berkunang-kunang. Riwayat keluhan klien mengatakan sakitnya lebih kurang 1 minggu dan telah berobat ke puskesmas kemudian sembuh dan belum pernah di rawat Inap di Rumah Sakit. 3. Alergi dan reaksi Tidak ada alergi, baik dengan obat maupun dengan makanan dan lain-lainya. 4. Obat atau pengobatan Keluarga / klien tidak tahu lagi nama obat yang pernah diberikan atau diminum oleh klien, metode obat yang didapat malalui resep. 5. Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang lain yang menderita penyakit seperti ini, Riwayat penyakit sekarang, klien masuk ke Badan Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia Lhokseumawe dengan keluhan lemas, susah tudur, nafsu makan berkurang, pusing dan pandangan berkunang-kunang, Riwayat penyakit yang lalu, klien mwngatakan sebelum mengalami penyakit ini tidak pernah mengalami penyakit lain yang memerlukan perawatan inap di rumah sakit, namun pernah mengalami penyakit seperti influenza dan biasanya sembuh dengan berobat kepuskesmas. 6. Alat perlengkapan / bantuan yang digunakan special Klien tidak menggunakan alat Bantu special seperti kursi roda, brancar, crutehs, kaki palsu, kaca mata, lensa kontak, alat Bantu dengan, cateter epidural, gigi palsu. 7. Riwayat psikososial Sters yang baru dialami : klien gelisah, mekanisme koping : yakin kalau penyakitnya akan segera sembuh, support system ; klien mendapat support dari anak dan suaminya menenangkan diri/rileks, Agama islam. 8. Neorologis Orientasi : orang, tempat, waktu, kesadaran : composmentis, pupil : normal, kekuatan ekstermitas : normal, bicara, : jelas, sensori : normal, persepsi penglihatan : sama, persepsi pendengaran : sama. 9. Respirasi Pola pernafasan normal, tidak terjadi dispone, suara pernafasan normal, taktil fremitus : menurun, sekresi : tidak ada, batuk : tidak ada. 10. Kardiovaskuler polsus : Apical rate : 96x/i (teratur) jumlah nadi radial kiri 88x/i, kanan88x/i pada palpasi tidak adanya edema, perpusi kulit kering. 11. Gastrointestinal Mukosa mulut kering, suara usus/paristaltik : normal, kemampuan menelan / normal, frekuensi BAB: Ix / hari dengan konsistensi lunak, karekteristik warna kekuning-kuningan BAB terakhir saat pengkajian tanggal 16 Agustus 2007 jam 10.30 WIB, konstipasi: tidak terjadi konstipasi. 12. Genitourinarius Frekuensi BAK 4-5 x/ hari sebanyak 100 cc, karakteristik warna air the. Kateter: tidak terpasang. 13. Self Care Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari selalu dibantu oleh keluarga dan perawat baik berjalan, eliminasi, makan, hygine, berpakaian dan mandi. 14. Nutrisi Penampilan umum kurus, nafsu makan kurang, diet MB, pola makan 3x sehari yang dibantu oleh keluarga dan perawat. 15. Kulit Warna kulit pucat, tampilan secara umum yaitu kelembaban kering, temperature hangat dan texture kasar, pengkajian bahaya tekanan “ Resiko Decubitus”. Status mental sadar/siaga (skor 1) continence (bab/miksi) biasanya terkontrol (skor 2) mobilitas sangat terbatas (skor 3), berjalan dengan bentuan alat (skor 2) nutrisi kurang cukup (skor 2) jadi total skornya 10, dengan demikian resiko terjadinya decubitus ada. 16. Musculoskeletal Rom ekstremitas tidak normal yakni mengalami kelemahan. 17. Pendidikan / discharge planning Klien dan keluarganya tidak tau bahwa klien menderita penyakit anemia, adapun informasi yang dibutuhkan adalah factor resiko yang dapat menyebabkan anemia, dan pencegahan kambuh kembali, klien sangat bila keluarga dan anaknya terlibat dalam perawatannya dirumah sakit dank lien ingin cepat sembuh dan segera pulang kerumah sakit dank lien ingin cepat sembuh dan segera pulang kerumah. Catatan cerita (Nerative Notes) - Subjektif klien datang dengan keluhan lemas, susah tidur, nafsu makan, mual, kesemutan pada kaki berkurang, pusing, pandangan berkunang-kunang, aktivitas dibantu. - Objektif Keluhan utama lemah, nafsu makan berkurang, mukosa mulut kering, muka pucat, tanda-tanda vital saat masuk rumah sakit, tekanan darah 90/70 mmHg, pols : 80 x/I, respirasi 24 x/I, temperature 36,5 C, infuse Nacl 0.9 % terpasang 30 tts/m. Pemeriksaan fisik (physical Diagnostik) Head to Toe Kepala : simetris, Mata : Pandangan berkunang-kunang, telinga : Normal, Hidung : Normal, Tenggorokan : Normal, Ekstremitas atas : Normal, Dada / Thorax : Simetris, jantung : Normal, Payudara : Normal, Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, rektu : Normal, genetalia : Normal, Muskulu skeletal : Normal. Pengkajian Neurologi 1. Olfaktorius : penciuman (-), 2. Optikus : lapangan pandang menurun, 3. Okulomotorius: mata keatas, kebawah dan kesamping lambat, 4. traklear : Gerakan mata keatas, kebawah dan kesemping lambat, 5. abdusen : mata keatas, kebawah dan kesamping lambat, 6. Trigeminus : Reflek kornea (-), 7 Fasial : Wajah defiasi, 8. Akustikus : pendengaran sama, 9. Glosofaringeus : Bicara jelas, 10. Vagus : suara bersih 11. Asesorius : Kekuatan otot trapesius (-), 12. Hipoglosa : lidah kaku. Pengkajian / pemeriksaan khusus Data laboratorium : Hb: 4.7 gr%., leukosit x 103 / mm3 4.2, erotrosit x 103/mm3 2.58, hematokrit% 15.6, MCV fl 60, MCR pg 18.1, MCHC g% 30.0, RDW %20,2, TROMBOSIT x 103 /mm3 395. 18. Pola kebiasaan dan gaya hidup Diet : klien makan 3 kali sehari dengan porsi yang sedang selama dirumah sakit, kebiasaan : membersihkan rumah, istirahat, tidur : waktu tidur siang dari jam 13.30 s/d jam 15.30, waktu tidur malam dari jam 11.30 s/d jam 05,00 kegiatan / tindakan untuk tidur : klien sering ngaji sebelum tidur. Diagnosa penyakit : ANEMIA DIFENSIENSI BESI 19. penatalaksanaan / therapy Nama obat : IVFD Nacl 0,9 % : 30 tts/m, Injeksi Ulsikur : 1 amp/8 jam, Injeksi Sotatic : 1 amp/ 8 jam, Transfusi darah : 2 bag / hari, Transamin: 3 X 1 hari, Curcuma : 3 X 1 / hari, Dexanta : 3 X 1 / hari, Diet : M II. Daftar Masalah keperawatan Nama klien Ny. M, sex : perempuan, tanggal masalah kerja di 16 Agustus 2007, masalah keperawatan. 3.2 Analisa Data 1. Data subjektif : klien mengeluh tidak ada nafsu makan, klien mengeluh mual pada saat makan. Data obejektif : keluhan utama lemah, mukosa mulut kering, muka pucat, porsi yang disediakan tidak habis. Masalah : gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh, Penyebab : Anoreksia 2. Data subjektif : klien mengantakan sering kebas dan kesemutan pada daerah kaki, klien mengatakan cepet lalah, Data Objektif : aktifitas klien dibantu, Buang Air Beser / Buang Air Kecil menggunakan pispot, keadaan tubuh lemah. Masalah : intoleransi aktifitas, Penyebab : kelemahan fisik. 3. Data subjektif : klien mengatakan takut kalau penyakitnya tidak sembuh, klien sering mengatakan tentang penyakitnya, Data Obejektif : Ekspresi wajah murung, klien tampak gelisah, klien tampak seperti orang takut. Masalah : Anxietas Penyebab : perubahan dalam status kesehatan. 4. Data subjektif : klien mengatakan mata berknang-kunang, klien mengatakan sering pusing. Data Objektif : bola mata sedikit merah, klien sering memijat-mijat kepalanya. Masalah : gangguan pola istirahat. Penyebab : proses penyakitnya. 5. Data subjektif : klien mengatakan malas mandi, klien mengatakan selama di rumah sakit belum pernah mandi. Data Objektif : badan kotor, kuku panjang, rambut tidak rapi, gigi kotor. Masalah : personal hygiene yang kurang memenuhi. Penyebab : ketidak mampuan merawat diri. 6. Data Subjektif : klien mengatakan selama dirawat dirumah sakit belum pernah dimandikan. Data Objektif : Badan klien nampak kotor, rambut kurang rapi, kuku sedikit kotor, penampilan klien acak-akan, kebersihan mulut kotor. 3.3 Diagnosa keperawatan 1. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan anokreksia. 2. Inteloransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. 3. Anxietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan. 4. Gangguan pola istirahat berhubungan dengan pola penyakitnya. 5. Personal hygiene yang kurang memenuhi berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri. 6. Kurangnya pengetahuan behubungan dengan kurangnya terpajan / mengingat. Rencana Keperawatan A. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan anorexia. Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi, Kriteria hasil : Berat badan normal, klien mau makan, mukosa mulut tidak lagi kering, Intervensi : 1. Beri nutrisi Vit B 12, zat besi, Rasional : dapat menambah kadar hemoglobin, 2. berikan support mental, Rasional : klien mau makan meskipun porsi makan kecil, 3. beri makan dalam porsi kecil tapi sering, Rasional : dapat memenuhi zat yang dibutuhkan tubuh, 4. pelihara kebersihan gigi dan mulut, Rasional : dapat merangsang nafsu makan. B. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan : pola aktivitas kembali normal. Kriteria hasil : klien cepat lemah, kebas pada daerah kaki hilang, aktivitas normal. Intervensi : 1. Bantu klien dalam beraktivitas, rasional ; dapat memenuhi kebutuhan klien. 2. libatkan kluarga dalam aktifitas klien, rasional ; klien dapat beraktifitas memenuhi kebutuhannya. 3. memberikan motofasi dan semangat, rasional ; klien mau melakukan aktifitas ringan . 4. Bantu peratan personal, rasional : klien tidak mudah terinfeksi . C. Anxientas berhubungan dengan perubahan dalamstatus kesehatan. Tujuan : klien tidak menunjukkan rasa cemas akan perubahan status kesehatan. Kriteria hasil : klien tidak merasa takut lagi Interfensi : 1. Beri penjelasan kepada klien tentan penyakitnya, Rasional: agar klien mau berpartisipasi dalam asuhan keperawatan yang diberikan . 2 . dengar semua keluhan klien , Rasional : agar dapat mengurangi kecemasan .3. Anjurkan klien mendekatkan diri kepada tuhan , Rasional : agar klien tenang dan menerima penyakitnya. D. Ganggauan pola istirahat berhubungan dengan pruses penyakitnya. Tujuan : Istirat klien tergang Kriteria hasil : pandangan jelas., pusing hilang .Intervensi : 1. Anjurkan klien tidak membuat keributan, rasional : untuk mempercepat penyembuhan penyakit yang dialami sekarang. 2. berikan informasi kepada klein dan anggota keluarga yang lain tentang cara meningkatkan pola tidur klien, Rasional : agar tidak kekurangan gizi yang dibutuhkan tubuh. 3. kolaborasi dengan ini tim kesehatan pemberian obat-obat, Rasional : dapat diketahui obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita klien saat ini. E. Personal hygiene yang kurang memenuhi berhubungan dengan ketidak mampuan merawat diri. Tujuan : klein mampu merawat diri dan hygiene yang baik. Kriteria hasil : klein mau mandi atau 2-3 kali sehari, rambut rapi, gigi bersih, kuku bersih. Interfensi :1. klein mampu merawat diri dan hygiene dengan baik, Rasional : agar klein bersih dan tidak terlihat daki. 2. jelaskan pada klein tentang pentingnya kebersihan tubuh, Rasional : ahar klein mampu menjaga kebersihan tubuh. 3. jelaskan pada klein tentang cara merawat diri yang baik, Rasional : agar klein tau bagaimana cara merawat tubuh yang benar. F. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan/mengingat. Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, prosudur tindakan dan mengidentifikasi factor penyebab. Kriteria hasil : mengerti dengan proses dan rencana pengobatan Interfensi : 1. Saran minum obat dengan segera setelah makan, Rasional : dapat mempercepat proses penyembuhan...2. jelaskan penyakit yang diderita dapat disebutkan, Rasional : agar kegelisahan bias hilang. 3. jelaskan darah yang diambil untuk pemeriksaan laboratorium tidak memperburuk penyakit, Rasional : ini sering merupakan kekhawatiran yang tidak diungkapkan oleh klien. 3.3.1 Pelaksanaan dan efaluasi asuhan keperawatan pada pasien anemia difesiensi besi. Diagnosa 1 ganguan pemenuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan anorexia. Implementasi :1. memberikan makanan yang mengandung vitamin B 12 dan zat besi seperti sayuran kol, buncis, ubi, dan buah jeruk. 2.memberikan dukungan mental agar klein mau makan dalam porsi kecil tapi sering. 3. memberikan penyuluhan cara menyediakan menu yang berfariasi dalam porsi kecil tapi sering sesuai dengan kebutuhan tubuh. 4. mengajarkan klein untuk membersikan mulut dengan menggosok gigi, pagi dan sore. Evaluasi : gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah belum teratasi 17 Agustus 2007 s/d tanggal 19 Agustus 2007 selanjutnya diserahkan pada pegawai rumah sakit.Kriteria hasil : Subjektif : klein masih malas dan tidak ada selera makan, Objektif : porsi yang disediakan tidak dihabisi. Tanggal 19 Agustus 2007 perawatan dilanjutkan oleh perawat ruangan. Diagnosa 2 nintoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Implementasi : 1. membantu klein dalam melakukan beraktifitas seperti memberi makanan, mengatur posisi tidur, dan menemani klein dalam melakukan personal hygiene. 2. melibatkan keluarga dalam beraktifitas dan dalam pemberian obat klein. 3. memberikan motifasi dan semangat agar klein mau melakukan aktifitas ringan. 4. melakukan perawatan personal hygiene klein seperti : menyeka, menyisir rambut. Evaluasi : masalah ini belum teratasi sebagai pada tanggal 17 Agustus 2007 s/d tanggal 19 Agustus 2007. Kriteria hasil : Subjektif : klein mengatakan masih mengatakan masih merasa lemas dan cepat lelah, Objektif : kebutuhan dibantu oleh perawat ruangan. Diagnosa 3 anxietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan. Implementasi :1. memberi penjelasan kepada klein tentang pengertian dan penyebab anemia difesiensi besi. 2.memberikan kesempatan kepada klein untuk mengungkapkan rasa cemasnya. 3. menganjurkan klein berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah untuk penyembuhan penyakitnya. Evaluasi : maslah teratasi pada tanggal 17 Agustus 2007. Kriteria hasil : Subjektif : klein mengatakan sudah mampu beraktifitas ringan, Ojektif : Kebutuhan sehari-hari sebagian sudah dapat dipenuhi. Diagnosa 4 Gangguan pola istirahat berhubungan dengan pola penyakitnya. Implementasi : 1. mengajarkan klein untuk tidak membuat keributan supaya mempercepat penyembuhan penyakitnya. 2. memberikan informasi kepada klein dan anggota keluarga yang lain tentang cara meningkatkan pola tidur. 3. mengkolaborasi dengan tim kesehatan cara pemberian obat yang diderita klein saat ini. Evaluasi : masalah teratasi pada tanggal 17 Agustus 2007. Kriteria hasil : Subjektif : klein mengatakan sudah bias tenang dan rileks, Objektif : bola mata tidak merah lagi. Diagnosa 5 personal hygiene yang kurang memenuhi berhubungan ketidak mampuan mrawat diri. Implementasi : 1.menganjurkan klein mandi 2-3 kali sehari. 2. menjelaskan kepada klein tentang penyakitnya,kebersihan bagi tubuh sehinga klein mengerti tentang kesehatan. 3. menjelaskan dan mengajarkan klein cara merawat diri dengan baik. Evalusi : masalah teratsi lagi tanggal 18 Agustus 2007. Kriteria hasil : Subjektif : klein mengatakan sudah mau mandi, Objektif : badan sudah bersih. Diagnosa 6 kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpanjan /mengingat. Implementasi : 1. menyarankan minum obat dengan segera setelah makan. Sesuai dengan anjuran doctor. 2. menjelaskan bahwa penyakit yang diderita dapat disembuhkan agar kegelisahan bias hilang 3. menjelakan darah yang diambildari untuk pemeriksaan laboratorium tidak akan memperburuk penyakitnya. Evalusi : masalah teratasi tanggal 19 Agustus 2007. kriteria hasil : Subjektif : klein mengatakan sudah mengerti mengenai penyakit dan pengobatan penyakitnya. Objektif : masa cemas klein berkurang. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas tentang kesejangan –kesenjangan yang dijumpai antara tinjauan tioritis yang ada pada bab II dengan tinjauan kasus yang terdapat pada bab III yang mencakup semua proses keperawatan. Untuk mendapatkan pembahasan yang sistematis maka penulis membahas berdasarkan langkah-langkah proses keperawatan. A. Pengkajian Dari hasil pengkajian langsung dari klein bernama Ny. M umur 53 tahun bertempat tinggal Desa Tgk dibanda paya bakong dengan penyakit anemia, klein dating dengan keadaan lemas, susah tidur, nafsu makan menurun, pandangan berkunang-kunang dan cepat lelah, tekanan darah 90/70 mmHg nadi 88 x/I, suhu 36,5 C, pernafasan 24 x/i. Pada tinjauan teoritis disebutkan bahwa pada klien anemia difesiensi besi ditemukan adanya mual, muntah, turgor jelek, nafsu makan menurun, mata merah, cepat lelah dan cepat merasa letih. Begitu juga dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan ini sebagaian besar mempunyai kebersamaan namun ada beberapa data yang disebut pada tinjauan teoritis tetapi pada tinjauan kasus tidak ditemukan yaitu : turgor jelek : karena saat penulis melakukan tinjauan kasus terhadap anemia defesiensi besi ternyata klien tidak mengalami turgor jelek, mata cekung : karena saat penulis melakukan tinjauan kasus terhadap anemia defesiensi besi ternyata klien tidak mengalami mata cekung, hal ini terjadi karena pada klien tidak terjadi penurunan cairan dalam tubuh. B. Diagnosa keperawatan Berdasarkan diagnosa yang terdapat pada tiori kasus dan diagnosa yang penulis tegakkan pada tinjauan kasus, maka penulis dapat menemukan beberapa perbedaan antara diagnosa pada teori kasus dan tinjauan kasus antara lain pada tinjauan teorotis ditemukan masalah perubahan perfusi jaringan terhadap dan komponen sel yang penting untuk penyaluran oksigen, diagnosa da atas ditegakkan atas data-data yang ditemukan yaitu adanya palpitosi, kejang, kuku rapuh, menurunnya daya konsentrasi, karena pada klien tidak ditemukan data-data yaitu : adanya palpitasi, kejang, kuku rapuh dan menurunnya daya konsentrasi. Selain masalah di atas ditemukan juga beberapa diagnosa lain yaitu potensial terjadinya integrasi kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan Hb, kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi atau salah pengertian informasi. Diagnosa tentang potensial terjadinya gangguan integrasi kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi akibat perubahan sirkulasi menyebabkan terjadinya gangguan pada kulit misalnya terjadinya penekanan pada saat klien bedrestotal dan tidak ditegakkan, sedangkan dalam tinjauan kasus klien tidak tidak dalam keadaan bedrestotal, cuma ditemukan data kalau klien tidak mandi, badan agak kotor, kuku panjang, rambut tidak rapi. Maka dari data inilah penulis cuma menakkan diagnosa personal higyiene yang kurang memenuhi berhubungan dengan kemampuan merawat diri yang kurang. Diagnosa kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi, personal hygiene yang kurang berhubungan dengan ketidaktahuan merawat diri menjadi diagnosa pada tujuan kasus karena mengingat kurangnya informasi tentang perawatan penyakitnya. Disamping diagnosa di atas tadi beberapa perbedaan juga dijumpain antara tinjauan kasus dan tinjauan teoritis yaitu pada diagnosa tentang gangguan pemenuhan nutrisi. Menjadi masalah bagi klien karena ditunjang oleh data-data bahwa klien mengeluh malas makan, tidak selera makan. Klien sering mual, berat badan menurun, karena ditunjang oleh data-data sehingga penulis mengangkat masalah ini sebagai hal perlu pemecahannya. Kemudian aktivitas sehari-hari diangkat menjadi diagnosa mengingat klien mengeluh cepat lelah, sangat lemah, tidak melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Diagnosa ganguan pemenuham mutrisi dan ganguan aktifitas nin juga ditemukan pada diagnosa tinjauan teoritis. Gaguan visual juga penulis tegakkan karena klein mengeluh, pandangan berkunang-kunang, dan sering pusing, kedua diagnosa ini memang tidak ditemui di tinjauan tioritis, tetapi karma ditunjang oleh beberapa data yang ada sehinga perlu ditegakkan. Dalam hal ini dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tinjauan tidak selalu sama dengan tinjauan kasus dan sebaliknya tinjauan kasus tidak selalu sama dengan tinjauan tioritis, di mana terdapat kesenjangan dan perbedaan-perbedaan. C. Perencanaan Perencanaan asuhan keperawatan yang diberikan biasanya disesuaikan dengan perioritas masalah yang dialami klein agar kebutuhan klein dapat terpenuhi. Pada diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi maka penulis merencanakan tindakan keperawatan sebagai brikut : memberikan makanan yang adekuat ( vitamin B12 dan zat besi ), pemeliharaan gizi dan mulut, menimbang berat badan klein sehari-hari. Untuk memenuhi aktifitas klein sehari-hari penulis melaksanakan tindakan keperawatan yaitu membantusegala aktifitas klein, memberi support mental Bantu pemeliharaan/ perawatan personal hygiene. Dalam menghilang kecemasan klein penulis melaksanakan tindakan keperawatan yaitu memberi kesempatan kepada klein untuk mengungkapkan rasa cemasnya,memberikan support mental kepada klein agar bersedia menjalani dan melanjutkan tindakan perawatan untuk menghilangkan perasaan cemas. Ganguan visual klien penulis melaksanakan tindakan keperawatan sebagai berikut : menganjurkan klien untuk makan makanan yang bergizi seperti syur-sayuran dan buah-buahan, memberikan penyuluhan cara menyediakan makanan yang dibutuhkan tubuh, mengkolaborasi tentang cara pemberian obat yang sesuai dengan penyakit yang diderita klien saat ini. Dalam memenuhi personal higieni klien berhubungan dengan ketidakmampuan klien merawat diri maka tindakan keperawtan yang diberikan yaitu sarankan klien untuk mandi dan gosok gigi untuk mencegah penyakit kulit dan memperlancar peredaran darah serta menberikan kenyamanan pada klien, potong kuku klien dengan tujuan kelihatan rapi dan bersih, menjaga kebersihan tempat tidur dan memberikan pendidikan kesehatan klien mengerti akan kebersihan. D. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan yang diberikan sesuai dengan asuhan keperawatan yang telah disusun, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan klien sehingga tujuan keperawatan dapat dicapai. Adapun pelaksana tindakan keperawatan pada klien dengan anemia terutama ditujukan untuk mengatasi kekurangan kebutuhan nutrisi, cemas, aktivitas, gangguan visual dan personal hygiene dan kuranganya pengetahuan dalam melaksanakan pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap klien anemia dibutuhkan kerja sama yang baik antara perawat, klien, keluarga juga tim kesehatan lainya sehingga hasil yang diharapkan tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. E. Evaluasi Penilaian hasil akhir terhadap tindakan yang telah dilakukan dapat menujukkan apakah dapat mengatasi masalah ataupun dapat mengurangi keluhan sesuai dengan diagnosa yang ditentukan pada penyakit anemia. Evaluasi pada hari pertama satu masalah yang teratasi yaitu personal hygiene di mana dapat dilihat bahwa klien sudah mau mandi, klien kelihatan rapi, rambut rapi, gigi bersih. Dan pada hari berikutnya satu masalah lagi teratasi yaitu cemas dan ini dapat dilihat bahwa gelisah bekurang, experesi wajah tenang sedangkan pada hari berukutnya lagi empat masalah teratasi yaitu masalah nutrisi, aktivitas, visual dan masalah kurang pengetahuan. Ini dapat dilihat pada masalah nutrisi klien sudah dapat menghabiskan makanan yang disajikan, perasaan mual hilang. Masalah visual dapat teratasi dan dapat dilihat bola mata tidak merah lagi, pandangan sudah jelas, sedangkan masalah aktivitas sudah teratasi, ini dapat dilihat dari keadaan umum klien membaik, klien bias beraktivitas sAendiri dan masalah kurang pengetahuan dapat diatasi, ini dapat dilihat klien tidak bertanya lagi tentang masalahnya. BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan penulis pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran-saran yang penulis rumuskan dan merupakan alternative pemecahan masalah sesuai dengan keadaan pasien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan khususnya klien dengan anemia difesiensi besi dimasa yang akan dating. Adapun kesimpulan dan saran-saran tersebut adalah sebagai berikut; 5.1 Kesimpulan 1. Pengkajian : dari hasil pengkajian anemia difisiensi besi bias menyebabkan keluhan lemas, nafsu susah tidur, nafsu makan menurun, pandangan berkunang-kunang dan cepat lelah. 2. Diagnosa : Berdasakan diagnosa yang telah penulis tegakkan, penulis menemukan bebarapa perbedaan diagnaso antara lain : potensial terjadinya integrasi kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi, potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan Hb, kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi atau salah pengertian informasi. 3. Perencanaan : Untuk memenuhi aktivitas klien sehari-hari penulis menerapkan beberapa tindakan antara lain : membantu segala aktivitas klien, memberi support mental Bantu pemeliharaan/perawatan personal hiygiene diharapkan pada klien dan keluarga setelah meninggalkan rumah sakit untuk selalu melakukan pemeriksaan ulang terhadap penyakit yang dideritanya . ASUHAN KEPRAWATAN PADA KLIEN Ny.MDENGAN ANEMIA DIFESIENSI BESI DIRUANG PENYAKIT DALAM WANITA BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT MEUTIA LHOKSMAWE KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Syarat Ujian Akhir Program Pendidikan Tinggi Akademi Kesehatan Bidang Keperawatan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara OLEH RUSLI.M NIM 07034

RESPON ANSIETAS DAN GANGGUAN ANSIETAS

RESPON ANSIETAS DAN GANGGUAN ANSIETAS Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tak berdaya dan tidak pasti, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara subyektif dan dikomunikasikan secara interpersonal Ansietas merupakan suatu sensasi distress psikologis Etiologi 1. Teori neurobiology * Kimia otak dan factor perkembangan Penelitian menunjukkan bahwa sistem syaraf otonom atau noradrenergic yang menyebabkan seseorang mengalami kecemasan lebih besar tingaaktannya dari orang lain * Abnormalitas regulasi substansia kimia otak seperti serotonin dan GABA ( gamma-aminobutyric acid ) berperan dalam perkembangan cemas * Amygdala sebagai pusat komunkasi antara bagian otak yang memproses input sensori dan bagian otak yang menginterpretasikan input ( amygdala mengidentfikasi informasi sensori yang masuk sebagai ancaman dan kemudian menimbulkan perasaan cemas /takut ). Amygdala berperan dalam phobia, mengkoordiasikan rasa takut, memory, dan emosi, dan semua respon fisik terhadap situasi yang penuh dengan stresor * Locus ceruleus, adlah satu area otak yang mengawali respon terhadap suatu bahaya dan mungkin respon tersebut berlebihan pada beberapa individu sehingga mneyebabkan seseorang mudah mengalami cemas ( khususnya PTSD ( post traumatic sindrom disorder ) * Hippocampus, bertanggung jawab terhadap stimuli yang mengancam dan berperan dalam pengkodean informasi ke dalam memori * Striatum, berperan dalam control motorik, terlibat dalam OCD ( obsessive compulsive disorder ) * Penyakit fisik * Exposure of subsntace * Paparan bahaya/trauma fisik dan psikologis 2. Teori psikologi * Harga diri rendah * emalu pada masa kanak-kanak * Orang tua yang pemarah, terlalu banyak kritik * Ketidaknyamanan dengan agresi * Sexual abuse * Mengaami peristiwa yang menakutkan * Teori kognitif : cemas sebagai manifstasi dari penyimpangan berpikir dan membuat persepsi/kebiasaan/perilaku individu memandang secara belbihan terhaap suatu bahaya Faktor resiko * Wanita 2x lebih besar dari pada laki-laki * Etnik * Perpisahan * Pernah mengalami kekerasan fisik saat anak-anak, sexual abuse * Status social dan ekonomi rendah * Riwayat keluarga ( pernah adanya penyimpangan yang hampir sama ) * Substance or stimulant abuse Tingkat ansietas 1. Ansietas ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari. Individu menjadi waspada dan mengaami peningkatan lapang persespi. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kretaifitas 2. Ansietas sedang Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Mempersempit lapang persepsi individu. Individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya 3. Ansietas berat Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu mmerlukan banyak arahan untuk berfokus pada area lain 4. Panik Behubungan dengan terperangah, ketakutan dan terror. Hal yang rinci terpecah dari proposinya. Kehilangan kendali, tidak mampu melakukan Sesuatu meski dengan arahan Efek fisiologis cemas * Peningkatan denyut nadi dan tekanan darah * Aluran darah ke otot meningkat * Respirasi meningkat * Berkeringat * Pelepasan glikogen * Peningkatan kemampuan pembekuan darah * Produksi saliva meurun * Penurunan fungsi pencernan * Penurunan respon imun Kriteria serangan panic (sedikitnya ada 4 gejalayang berkembang dengan cepat dan mencapai pincaknya dalam 10 menit ) : 1. Palpitasi, jantung berdenyut keras, frekuensi denyut jantung meningkat 2. Berkeringat 3. Gemetar/menggigil 4. Sensasi sesak nafas 5. Merasa tersedak 6. Nyeri dada/keridaknyamanan 7. Mual/disstres abdomen 8. Merasa pusing, tidak tegap, pening/pingsan 9. Derealisasi ( merasa tidak nyata ), atau depersonalisasi (merasa terasing pada diri sendiri) 10. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila 11. Takut mati 12. Parestesia ( sensasi kebas/kesemutan ) 13. Menggigil/hotflash Macam : Phobia ketakutan yang tidak rasional terhadap suatu objek atau situasi yang secara objektif bukanlah sesuatu yang membahayakan Panic attack * Respon fisik dan psikologis yang berlebihan terhadap stressor * Ketakutan akan adanya bahaya/terror, terjadi dalam situasi yang spesifik, minimal ditandai 4-13 keluhan fisik atau gejala kognitif * Terjadi beberapa menit, puncaknya 10 menit Panic disorder * Kambuh berulang, serangan panic tak dapat diprediksi * Bisa atau tidak dengan agoraphobia OCD * Individu mengalami obsessive atau kompulsif berulang ( > 1 jam/hari) * Klien merasa asing denga diri sendiri * Jika tidak diobati, individu dapat jatuh pada kondisi depresi atau bunuh diri Stres disorder a. Acute Stres Disorder (ASD) * Terjadi pada bulan l setelah paparan trauma yang extreme * Disosiasi, melihat dunia hanya sebagai mimpi yang tidak nyata * Memori sangat kurang ( dissosiative amnesia ) * Resolve 2-4 mg setelah trauma b. Acute Post-Traumatic Disorder (ACD) * ASD lebih dari 1 bulan * Cemas, selalu teringat dengan trauma yang dialami, mimpi buruk, gangguan tidur, menghindari situasi trauma c. Chronic PTSD * Acute PTSD > 3 bulan Semua hal diatas dapat menyebabkan penurunan harga diri, kehilangan kepercayaan pada orang lain dan social, kesulitan membangun hubungan, merasa diri rusak, dan beresiko substance abuse. Penanganan : Cognitive Behaviour Therapy a. Panic attack * Cognitive restructuring * Desensitisasi terhadap situasi yang menakutkan * Alih pengetahuan terhadap penyimpangan yang dialami * Ajarkan relaksasi ( teknik nafas dalam ) b. Anxiety disorder * Teknik relaksasi, stress managemen, biofeedback * Intervensi kognitif untuk membentuk kembali catastrophic thinking * Bantu memecahkan masalah c. OCD * Desensistisasi * Alih pengetahuan * Teknik relaksasi d. ASD * Bantu klien untuk mendapatkan dukungan kelompok * Komunikasi terapeutik * Ajarkan problem solving * Ajarkan teknik relaksasi e. Spesifik phobia : Desensitisasi f. Social phobia * Challenge negative beliefs * Ajarkan penilaian yang reaistis terhadap situasi sosial g.PTSD : Dukung klien dalam terapi kelompok

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABSES PARU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABSES PARU A. PENGERTIAN Abses paru adalah lesi nekrotik setempat pd. parenkim paru ;bahan purulen; lesi mengalami kolaps dan membentuk ruang. B. ETIOLOGI 1. Infeksi karena aspirasi dari saluran napas. Mikroorganisme penyebab dapat berasal dari bermacam-macam basil dari flora mulut, hidung, tenggorokan, termasuk aerob dan aerob seperti Streptokokus, spiroketa, dll) 2. Obstruksi mekanik atau fungsional bronki (tumor, benda asing atau stenosis bronkial) 3. Nekrotisasi pneumonia,Tuberkulosis, embolisme paru atau trauma dada PASIEN YANG BERISIKO: 1. Dengan kerusakan reflek batuk dan tidak mampu menutup glotis 2. Yang mengalami kesulitan mengunyah 3. Dengan kerusakan kesadaran karena anestesi, gangguan saraf pusat (kejang, stroke) 4. Dengan selang nasogastrik 5. Dengan pneumonia TEMPAT ABSES Berhubungan dengan pengumpulan akibat gaya gravitasi yang ditentukan oleh posisi klien pada waktu terjadinya aspirasi. Dalam keadaan berbaring menuju ke subsegmen apikal lobus superior atau segmen superior lobus inferior. Abses timbul bila organisme yang masuk ke paru bersama-sama dengan material yang terhirup yang akan membuntu sal.napas dengan akibat timbulnya atelektasis dengan infeksi. bila yang masuk basil saja maka akan timbul pneumonia. C. PATOLOGI Proses dimulai di bronki/bronkioli, menyebar ke parenkim paru dikelilingi oleh jaringan granulasi. Perluasan ke pleura sering terjadi. Hubungan dengan bronkus dapat terjadi sehingga pus atau jaringan nekrotik dapat dikeluarkan. Drainase dan pengobatan yang tidak memadai akan menyebabkan abses menjadi menaun. D. TANDA DAN GEJALA Gejala timbul satu sampai tiga hari setelah aspirasi. 1. Malaise dengan panas badan disertai menggigil 2. Batuk dan nyeri pleuritik (jawa: kemeng) 3. Dispnea 4. Sianosis 5. Anoreksia 6. Penurunan berat badan Bila tidak diobati gejala akan terus meningkat sampai kurang lebih hari ke sepuluh, penderita mendadak batuk pus bercampur darah dalam jumlah banyak, mungkin juga berbau busuk (infeksi basil anaerob) E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS 1. Pemeriksaan fisik dada a. Perkusi: pekak b. Auskultasi: penurunan sampai tidak terdengarnya bunyi napas atau krekles 2. Laboratorium a. Darah: LED meningkat, Leukosit 20-30rb/mm3 b. Sputum berupa pus dengan pengecatan gram terdapat dengan leukosit dan ditentukan bermacam-macam basil. 3. Rontgen dada: pada mulanya memberi gambaran konsolidasi seperti pada pneumonia, kemudian setelah kira-kira hari ke sepuluh, jaringan nekrotik di dalamnya dikeluarkan dan meninggalkan kavitas dengan “air fluid level” yang berkarateristik. F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Terapi antimikroba intravena berdasar kultur dan sensitivitas pd sputum. Dosis IV yg banyak diperlukan karena antibiotik harus menembus jaringan nekrotik dan cairan dlm abses. 2. Drainase adekuat abses paru (drainase postural dan fisioterapi dada) 3. Diet tinggi protein dan kalori utk katabolik pd infeksi kronik dan mempercepat penyembuhan 4. Antibiotik oral utk mengganti IV setelah ada tanda perbaikan (suhu tbh normal, hitung Leukosit menurun, perbaikan gmbrn rontgen. 5. Bedah jarang dilakukan. Reseksi paru (lobektomi) Tindakan yg akan mengurangi risiko terjadinya abses; 1. Terapi antibiotik pd pasien yg mengalami infeksi (pd gigi dan gusi) saat pencabutan gigi 2. Pertahankan kebersihan gigi dan mulut scr adekuat 3. Terapi antimikroba yg sesuai dg resep pd pasien dg pneumonia G. PROSES KEPERAWATAN Diagnosa yang mungkin muncul: 1. A: AIRWAY Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret 2. B: BREATHING a. Ketidakefektifan pola napas b. Gangguan pertukaran gas 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 4. Gangguan tidur 5. Kelemahan (fatigue) 6. PK: Infeksi 7. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik b.d lamanya waktu pengobatan Intervensi keperawatan: 1. Awasi terapi antibiotik yg diberikan pd klien: sesuai resep dan awasi efek samping yg merugikan (Pastikan klien menyelesaikan seluruh dosis terapi) 2. Fisioterapi dada utk memudahkan drainase abses 3. Ajarkan napas dalam 4. Latih batuk efektif agar pengembangan paru max. 5. Dorong asupan diet:TKTP 6. Beri dukungan secara emosional b.d lamanya waktu penyembuhan 7. Penkes jika klien menjalani pembedahan (prwtn luka, napas dalam, batuk efektif, fisioterapi dada), nutrisi, tekankan istirahat, pentingnya penyelesaian regimen antibiotik

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA TORAK

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA TORAK Diagnosa Keperawatan : 1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan. 2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan. 3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder. 4. Gangguan mobilitas fisik b/d ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal. 5. Potensial Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum. 6. Kerusakan integritas kulit b/d trauma mekanik terpasang bullow drainage. 7. Resiko terhadap infeksi b/d tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma. A. Intevensi Keperawatan : 1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma. Tujuan : Pola pernapasan efektive. Kriteria hasil : ? Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive. ? Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru. ? Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab. Intervensi : a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin. R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit. b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital. R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia. c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan. R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru. R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam. R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas. f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam : 1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar. R/ Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan. 2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan. R/ Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural. 3) Observasi gelembung udara botol penempung. R/ gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu. 4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu. R/ Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan. 5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada. R/ Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi. g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : 1) Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. ? Pemberian antibiotika. ? Pemberian analgetika. ? Fisioterapi dada. ? Konsul photo toraks. R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya. 2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan. Tujuan : Jalan napas lancar/normal Kriteria hasil : ? Menunjukkan batuk yang efektif. ? Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan. ? Klien nyaman. Intervensi : a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan. R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk. R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi. 1) Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas. 2) Lakukan pernapasan diafragma. R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar. 3) Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. 4) Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat. R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret. c. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk. R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien. d. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi. R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis. e. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut. f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. ? Pemberian expectoran. ? Pemberian antibiotika. ? Fisioterapi dada. ? Konsul photo toraks. R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya. 3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder. Tujuan : Nyeri berkurang/hilang. Kriteria hasil : ? Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi. ? Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri. ? Pasien tidak gelisah. Intervensi : a. Jelaskan dan bantu klien dnegan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif. R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri. 1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase. R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya. 2) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut. R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan. b. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil. R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan. c. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung. R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik. d. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik. R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang. e. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari. R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN Bronchopneumoni

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN Bronchopneumoni PENGERTIAN Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572) Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710) Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga pneumonia lobaris. Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998) Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli. ETIOLOGI Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain: 1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella. 2. Virus : Legionella pneumoniae 3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans 4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru 5. Terjadi karena kongesti paru yang lama. Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682) PATHOFISIOLOGI Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut: 6. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli. 7. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. (Soeparman, 1991) MANIFESTASI KLINIS Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. long, 1996 :435) Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat). (Sandra M. Nettina, 2001 : 683) PEMERIKSAAN PENUNJANG Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara: 8. Pemeriksaan Laboratorium · Pemeriksaan darah Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) · Pemeriksaan sputum Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 1996 : 435) · Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) · Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia · Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684) 9. Pemeriksaan Radiologi · Rontgenogram Thoraks Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 1996 : 435) · Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001) DIAGNOSA KEPERAWATAN 10. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166) 11. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166) 12. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177) 13. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172) 14. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171) 15. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges, 1999 : 170) FOKUS INTERVENSI 16. DP : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum Tujuan : - Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas - Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret Hasil yang diharapkan : - Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Intervensi : Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki. Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi fowler Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk. Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung. Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran. 2. DP : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen. Tujuan : - Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan. Hasil yang diharapkan : - Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan - Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi Intervensi : a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia. c. Kaji status mental Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat menunjukkan hipoksemia. d. Awsi frekuensi jantung/ irama Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/ dehidrasi. e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi. g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. DP: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli Tujuan: - Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih Intervensi : a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, ekspansi dada terbatas. b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius. Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil. c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi. Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. d. Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan. e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif. Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum. f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas. g. Berikan humidifikasi tambahan Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan. h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus. Dp : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral. Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit Intervensi : Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi. Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah). Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan Catat lapporan mual/ muntah. Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral Pantau masukan dan haluaran urine. Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan DP : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen. Tujuan : - Menunjukkan peningkatan nafsu makan - Mempertahankan/ meningkatkan berat badan Intervensi : a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah. Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut. Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan pengobatan ini d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen. Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran gastro intestinal e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk pasien. Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar. Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi DP : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari. Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas. Intervensi : Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas. Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama fase akut. Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat. Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen DAFTAR PUSTAKA Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai Penerbit FKUI Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC

AKKES PEMKAB

AKKES PEMKAB